BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pedagogik
Pedagogik
merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak. Jadi
pedagogik mencoba menjelaskan tentang seluk-seluk pendidikan anak, pedagogik
merupakan teori pendidikan anak. Pedagogik sebagai ilmu sangat dibutuhkan oleh
guru khususnya guru Taman Kanak-Kanak dan Guru Sekolah Dasar karena mereka akan
berhadapan dengan anak yang belum dewasa.
1.
Pendidikan
dalam Arti Khusus
Pedagogik
merupakan suatu kajian tentang pendidikan anak, berasal dari kata Yunani
“paedos” yang berarti anak laki-laki dan “agogos” srtinya mengantar,
membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada zaman
Yunani kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah.
Menurut
Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda)
pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan
tertentu, yaitu supaya ia kelak “mampu secara mandiri menyelesakan tugas
hidupnya”. Sedangkan menurut Langeveld (1980), membedakan istilah “pedagogik”
dengan istilah “pedagogi”. Pedagogik diartikan dengan ilmu mendidik, lebih
menitikberatkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Sedangkan
istilah pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktik,
menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak. Pedagogik merupakan
suatu teori dan kajian yang secara teliti, kritis dan obyektif mengembangkan
konsep-konsepnya mengenai hakikat manusia, hakikat anak, hakikat tujuan
pendidikan serta hakikat proses pendidikan.
Lengeveld
mengemukakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk
mencapai kedewasaannya. Ahmadi dan Uhbiyati (1991) mengemukakan beberapa
defenisi pendidikan sebagai berikut.
a. Menurut
Prof. Hoogeveld, mendidik adalah membantu anak supaya anak itu kelak cakap
menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.
b. Menurut
Prof. S. Brojonegor, mendidik berarti memberi tuntutan kepada manusia yang
belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan sampai tercapainya kedewasaan
dalam arti rohani dan jasmani.
c. Menurut
Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Jadi
pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam
membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.
2.
Pendidikan
dalam Arti Luas
Pendidikan
dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Menurut Henderson, pendidikan
merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang
hayat sejak manusia lahir. Walaupun sosial merupakan bagian dari lingkungan
masyarakat, merupakan alat bagi manusia untuk pengembangan manusia yang terbaik
dan inteligen untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Dalam
GBHN Tahun 1973 dikemukakan pengertian pendidikan bahwa “pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan didalam
maupun luar sekolah dan berlangsung seumur hidup”. Dalam UU RI No. 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional dikatakan bahwa: Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Dari
pengertian pendidikan dalam arti luas ada beberapa prinsip dasar tentang
pendidikan yang akan dilaksanakan. Pertama, bahwa pendidikan berlangsung seumur
hidup hidup. Kedua, bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab
semua manusia. Ketiga, bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan.
3.
Mendidik,
Mengajar dan Melatih
Mendidik
menurut Darji Darmodiharjo menunjukkan usaha yang lebih ditujukan kepada
pengembangan budi pekerti, hati nurani, semanagat, kecintaan, rasa kesusilaan,
ketakwaan, dan lain-lainnya.
Mengajar
berarti memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi
perkembangan kemampuan berpikirnya. Disebut juga pendidikan intelektual.
Intelek anak adalah kemampuan anak berpikir dalam berbagai bidang kehidupan.
Lebih sempit
lagi perkataan latihan, seperti latihan menggambar, latihan membaca dan
menulis, latihan naik sepeda, latihan menembak dan sebagainya. Latihan ialah
usaha untuk memperoleh keterampilan dengan melatihkan sesuatu secara
berulang-ulang, sehingga terjadi mekanisasi atau pembiasaan. Tujuan dari ketiga
jenis kegiatan itu juga berbeda. Mendidik ingin mencapai kepribadian yang
terpadu, terintegrasi, yang sering dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang
dewasa. Tujuan pengajaran yang bersifat intelek anak ialah supaya anak kelak
sebagai orang dewasa memiliki kemampuan berpikir seperti yang diharapkan dari
orang dewasa secara ideal, yaitu mampu berpikir logis, kritis, objektif,
sistematis, analitis, integratif dan inovatif. Tujuan latihan ialah untuk
memperoleh keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan adalah sesuatu perbuatan
yang berlangsung secara mekanis, yang mempermudah kehidupan sehari-hari dan
dapat pula membantu proses belajar.
Jika kita
perhatikan, kita temukan gejala mendidik dalam pergaulan antara orang dewasa
dengan anak (yang belum dewasa). Tetapi tidak setiap pergaulan dengan orang
dewasa dan anak mengandung arti mendidik, seperti bila seorang yang sedang
berusaha supaya dagangannya laku dibeli oleh anak sekolah. Bahkan pergaulan
antara anak dengan orang dewasa kadang-kadang tidak membawa anak ke tingkat
yang lebih tinggi, misalnya ada orang dewasa yang menjual gambar-gambar porno
kepada anak-anak. Pendidikan hanya ditujukan terhadap anak yang belum dewasa
oleh orang yang telah mencapai kedewasaan dengan tujuan yang positif dan
konstruktif, supaya anak mencapai kedewasaan. Jika tujuannya negatif dan tidak
konstruktif bahkan destruktif hal itu tidak dikatakan pendidikan, tetapi
disebut “demagogi”. Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kedewasaan,
oleh Hoogveld diartikan "agar dapat melaksanakan tugas hidupnya secara
mandiri". Kedewasaan menurut Langeveld diartikan sebagai "kemampuan
menentukan dirinya sendiri secara mandiri atas tanggungjawab sendiri".
Anak hidup
dalam berbagai situasi yang mengandung segala kemungkinan; karena itu ia selalu
memperoleh pengaruh oleh berbagai faktor, dari rumah, sekolah, masyarakat
secara luas dan pengaruh alam sekelilingnya. Majalah, koran, atau buku-buku
yang dibaca anak, film yang dilihatnya, kawan-kawan sepermainan, sawah, ladang
atau laut yang mengelilinginya, semuanya berpengaruh terhadap perkembangannya.
Tetapi segala pengaruh tersebut walaupun bersifat positif dan konstruktif,
tidak dapat disebut pendidikan. Bila ada pendapat bahwa segala pengaruh positif
disebut pendidikan, pendapat itu dapat disebut "Panpedagogisme".
Pendidikan dalam ilmu mendidik, hanya kita batasi pada pengaruh yang dengan
sengaja diusahakan oleh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa; dan
pengaruh tersebut harus bersifat positif dan konstruktif.
B. Pentingnya Pendidikan
Pendidikan
merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir
dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat
memelihara dirinya sendiri. Pada saat individu atau seorang anak lahir
sepenuhnya memerlukan bantuan orang tuanya. Karena itu pendidikan merupakan
bimbingan orang dewasa mutlak diperlukan manusia. Akhirnya pada hakikatnya anak
merupakan titipan Tuhan Yang Maha Esa kepada orang tuanya untuk memelihara,
membesarkannya menjadi manusia dewasa yang penuh tanggung jawab terutama
tanggung jawab moral. Orang tua tidak boleh bertindak sewenang-wenang terhadap
anaknya.
1.
Manusia
Memerlukan Bantuan
Jikakitabandingkananakmanusiadengananakhewan, misalnyaanakayam,
kitaperhatikanhal-halsebagaiberikut.Anakmanusia yang barulahirsebagaibayi,
sangatmemerlukanbantuandariibunya.Jikaialapar, iamenangis,
datanglahibuuntukmenolongnya, dengan memberinya air susuibudengancaramenetek.
Bayidapat pula menangisbilapopoknyatelahdigantidengan yang kering,
anakakandiamdantidur. Dapatdikatakanbahwaprilaku sang
ibutersebutdikatakaansebagiinsting yang memangsudahadadidalamdiri sang ibu.
Apakah itu insting?Insting ialah suatu kemampuan psiko-fisis (jasmanirohani) yang
diturunkanatau yang
merupakan pembawaan.Kemampuan itu menentukan pemilikny auntukmengamati dan memperhatikan obyek-obyekdarijenistertentu,
untukmenghayatisuatuketeranganemosional yang
mempunyaikwalitaskhususwaktumengamatiobjek yang demikian,
danberprilakuterhadapobyakitudengancara yang khusus, atau paling sedikit,
menghayatisuatudoronganuntukberprilaku yang demikian.
Manusiatidakdapatseluruhhidupnyabergantungkepadainstingnyasemata,
banyaksegi-segikehidupannya yang
perludiperjuangkandandikuasaidenganbelajardanusaha; mengobatipenyakit,
membuatjembatan, membuatmesin-mesindanpabrik yang memproduksikeperluanmanusiasehari-hari,
alat-alattransportasi, telekomunikasi, mengaturmasyarakat, memerintah,
menjalankanperadilan, memperbaikihubunganantaramanuasia, beribadat,
berbuatkebaikan ,dsb.
Untukmencapaisemuaitumemerlukanusahadanmenyiapakangenerasimudamemilikidanmengembangkanilmunyasertakecakapannyadenganusahapendidikan.Seluruhkemampuandanbenda-benda
yang dihasilkandenganketerampilantanganmanusiadapatdisebutkebudayaan.Dari
segitinjauaninikebudayaandapatdiartikansebagisuatu yang
olehgenerasimudaharusdipelajari.
Pendidikanberfungsiuntukmeningkatkanmutukehidupanmanusia,
baiksebagaiindividu,
maupunsebagaikelompokdalamkehidupanbermasyarakat.Sejaklahiranaksebagaiindividudiasuhdandididikoleh
orang tuanya.Iabelajardariibunyabagaimanamengembangkankemampuannya;
keterampilanmakan yang tertib, dapatbuang air
kecildanbesarsecarateraturtidaksembrangantempatdanpadasembarangwaktu,
mengurusdirinyadenganmandipadawaktu-waktutertentu, bergantipakaianbersih,
mengaturalat-alatpermainannyatidakberserakandimana-mana, belajarmembantu orang tuadalammengerjakanberbagaipekerjaanrumahtangga,
belajarbagaimanabergauldenganbaikdengansaudara-saudaranya.
Dari uraiandiatasjelas,
bahwamasyarakatsebagaikolektifitasmengalamipendidikan.Jikakelompok-kelompokitutidakdididik,
masyarakatakanmengalamiperkembangan yang terhamba, tidakdapatmaju,
danakantinggalsebagaimasyarakat yang feudal tradisional,
kurangmenunjukanproduktivitasdalamkehidupan, yang
akhirnyamenujukanpendapatanperkapitauangtidaktinggi, yaitumasih di
bawahbataspendapatan yang layakataumasihkurangdalamklasifikasikehidupanmasyarakatmiskin.
2. Pendidikan Dalam Praktik
Pelaksanaanpendidikanlebihberbentuk padapergaulanantara pendidik
dan anak didiknya yang pergaulanya tertuju pada suatu pendidikan,yaitu
manusia dapat mandiri, memahami nilai-nilai, memahami norma-norma susila dan
mampu berprilaku sesuai dengan nilai dan norma tersbut. Pendidikan berfungsi
untuk membimbing anak didiknya kearah yang sesuai dengan tujua yang telah di
tetapkan yaitu untuk mencapai kedewasan. Karna itu pendidik mampu mempengaruhi
dan dapat dipengaruhi. Proses mempengaruhi yaitu prosese psiko sosial yang
berlangsung antara satu individu dengan individu lainya karna manusia merupakan
makhluk sosial.
Dalam
hubungan individu dengan individu lainya bsaling mempengaruhi dan dipengaruhi.
Sehingga kita dapat menemukan gejala suka meniru perbuatan manusia lainya.
Misalnya anak mampu membaca dari gurunya karena ia bersedia menjadi seperti
gurunya. Terdapat observasi tentang pergaulan antara manusia kita temukan
gejala seperasaan misalnya ketika anak sakit ibu juga dapat merasakan keadaan
anaknya yang sakit. Ada pula gejala yang kita temukan terhadap seorang anak
yang ingin menjadi seperti ayahnya. Proses identifikasi merupakan semacam
keinginan meniru tingkah laku orang tuanya dan sering kali hal ini terjadi
tanpa sadar.
Anak
bersedia membuka diri terhadap orang tuanya sehingga ia ingin meniru pa yang
telah orang tuanya lakukan dan berpersaan sama seperti orang tuanya, anak mampu
seperti itu karena ketika lahir kondisinya membutuhkan pertolongan dari orang
tuanya karena tanpa pertolongan dari orang tuanya anak bayi tidak mungkin
bisa mempertahankan hidupnya.
Pendidikan
pada hakikatnya mengandung tiga unsur, yaitu mendidik, mengajar, dan melatih.
Ketiga istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Secara sepintas bagi
orang awam mungkin akan dianggap sama artinya. Dalam praktik sehari-hari di
lapangan, kita sering mendengar kata-kata seperti : pendidikan olahraga,
pengajaran olah raga, latihan olah raga; pendidikan kemiliteran, pengajaran
kemiliteran, latihan kemiliteran, dan sebagainya.
C. Ilmu Pendidikan Sebagai Teori
Seorang ibu
guru mengajar pelajaran biologi di sekolah dasar dengan metode ceramah dan
demonstrasi. Ibu guru tersebut tidak sekedar mengajar dalam kelas, dalam arti
setelah belajar dengan langkah cepat bergegas ia meninggalkan kelas, namun ia
dengan tekun suka memperhatikan anak didiknya selama diluar kelas. Ia selalu
berusaha membantu anak didiknya dalam memecahkan masalah.
Hal diatas
merupakan suatu rakter pendidikan yang disaat kita amati dalam kehidupan
sehari-hari. Pertanyaannya, apakah yang dilakukan sang ibu, dan ayah, serta ibu
guru tersebut dapat dilakukan secara ilmiah, dalam arti tanpa disadari tanpa
dilandasi konsep bagaimana sebaiknya mendidik anak dirumah atau mendidik dan
mengajar murid disekolah. Upaya pendidikan bukan suatu tindakan yang dapat
dilakukan dengan serampangan, namun harus direncanakan. Dalam keluarga
perencanaan mendidik anak sebetulnya sudah dilakukan sebelum pernikahan, karena
sebagai konsekuensi pranikah akan menghasilkan keturunan (anak).
1. Pentingnya Teori Pendidikan
Pendidikan
merupakan suatu kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh manusia, memiliki
lapangan yang sangat luas. Ruang lingkup lapangan pendidikan mencakup semua
pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan.
Antara teori
dan praktek pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan memiliki
hubungan komplementer (saling melengkapi), saling mengisi satu sama lain. Dalam
prakteknya, memang ada orang tidak mengetahui atau mempelajari suatu teori
pendidikan. Namun, ia berhasil membimbing anak-anaknya. Sebaliknya juga
terjadi, seorang ahli teori pendidikan (ahli pedagogik, ahli filsafat
pendidikan, ahli psikologi pendidikan,dsb) belum dapat dijamin bahwa ia akan
menjadi pendidik yang baik, belum dapat dijamin ia akan berhasil mendidik
anaknya sendiri.
Teori
pendidikan (dalam hal ini pedagogik), perlu dipelajari secara akademik (secara
ilmiah di Perguruan Tinggi), khususnya di Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan
(LPTK) yang mempersiapkan lulusan untuk menjadi pendidik baik disekolah maupun
diluar sekolah. Sebab kalau tidak dibekali teori pendidikan, jangan sampai
terjerumus seperti yang dikemukakan oleh Gurnning tadi, di mana perbuatan
pendidik (guru) tersebut seperti perbuatan orang yang tidak waras suatu
perbuatan yang tidak direncanakan, tidak tentu arah dan tujuannya.
Ilmu
pendidikan harus dipelajari, karena yang akan dihadapi adalah manusia,
menyangkut nasib kehidupan dan hidup manusia, akan menyangkut harkat martabat derajat
manusia serta hak asasinya. Perbuatan mendidik bukan perbuatan yang sembrono,
melainkan suatu perbuatan yang harus betul-betul disadarinya, dalam rangka
membimbing anak kepada suatu tujuan yang dituju.
Ilmu
pendidikan sebagi teori perlu kita pelajari karena praktek mendidik tanpa
disadari oleh teori tentang pendidikan, akan membawa kita kepada kemungkinan
berbuat kesalahan. Ilmu pendidikan termasuk salah satu cabang ilmu pengetahuan
yang sifatnya praktis. Mengapa demikian? Karena ilmu pendidikan mempelajari
dasar-dasar, prinsip-prinsip serta tujuan tentang kegiatan mendidik. Kata
“praktis” dalam hubungan ini, tidak diartikan sebagai lawan teoritis, seperti
dalam ucapan “cara kerja anda kurang praktis”, melainkan ilmu sebagai teori
atau konsep tentang perbutan mendidik pada manusia. Kata “praktis” berasal dari
kata Yunani “prattein” yang berarti “berbuat”.setiap ilmu pada dasarnya adalah
teori yang tidak ditujukan kepadda perbuatan manusia seperti biologi, kimia,
fisika, matematika, dsb. Perbuatan mendidik bukanlah perbuatan sembarangan,
karena menyangkut kehidupan dan nasib anak manusia untuk kehidupan selanjutnya,
yaitu manusia sebagai makhluk yang bermartabat dengan hak-hak azasinya. Itulah,
sebabnya melaksanakan pendidikan merupakan tugas moril yang tidak ringan. Ini
berarti, bahwa membuat kesalahan dalam mendidik anak, walaupun tidak sengaja,
dan walaupun kecil, tidak dapat kita anggap enteng. Itikad baik pendidik dalam
menunaikan tugasnya selalu berusaha untuk mengurangi kesalahan-kesalahan atau membatasi
kesalahan-kesalahan seminimal mungkin.
Orangtua
sering membuat kesalahan dalam melaksanakan pendidikan di lingkungan keluarga.
Mereka lebih banyak memberi nasihat yang dogmatis-otoriter secara sepihak, dan
tidak memberi kesempatan kepada anak untuk secara terbuka mengemukakan
pendapatnya, tidak pernah terjadi diskusi antara orangtua dengan anaknya dalam
satu kelaurga. Dalam hal ini ayah dan ibu membuat kesalahan dalam teknik
mendidik.
Bentuk
kesalahan yang kedua, adalah yang bersumber pada kebribadian pendidik sendiri.
Kesalahan ini tidak mudah dibetulkan, karena mengoreksi struktur kepribadian
seseorang tidaklah mudah, dan untuk memperbaiki kepribadiannya dan prilakunya
pertama-tama memerlukan kesediaan dan kerelaan yang bersangkutanserta memakan waktu
yang lama. Seorang ayah dan ibu sebagai pendidik, sebaiknya tidak diperkenankan
mempunyai sifat yang agresif, mengalami frustasi penuh kecemasan, egoistis
(selalu mementingkan diri sendiri), ataupun bersikap deprosif (murung).
Sifat-sifat tersebut sangat erat hubungannya dengan masa lampau mereka waktu
kecilnya, yaitu waktu mereka sendiri masih jadi anak menghadapi sikap dan
suasana kehidupan keluarga orangtuanya.
Dalam
kesalahan mendidik menurut jenis ketiga ialah kesalahan konseptual, yaitu dalam
menjalankan proses pendidikan, pendidik kurang menyadari, bahwa kesalahan dapat
mempunyai akibat yang mendalam pada anak didik.
2. Pendidikan Dalam Ruang Lingkup
Mikro Dan Makro
Dengan
adanya individu dan kelompok yang berbeda-beda diharapkan akan mendorong terjadinya
perubahan masyarakat dengan kebudayaannya secara progresif. Pendidikan dalam
ruang lingkup mikro artinya mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala
kecil. Pada tingkat dan skala mikro pendidikan merupakan gejala sosial yang
mengandalkan interaksi manusia sebagai sesama (subyek) yang masing-masing
bernilai setara. Pengolahan proses
dalam ruang lingkup mikro merupakan aplikasi kebijakan-kebijakan
pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan sekolah ataupun kelas,
sanggar-sanggar belajar dan satuan-satuan pendidikan lainnya dalam masyarakat.
Tidak ada
perbedaan hakiki dalam nilai orang perorang karena interaksi antar pribadi
(interpersonal) itu merupakan perluasan dari interaksi internal dari seseorang
dengan dirinya sebagai orang lain, atau antara saya sebagai orang kesatu (yaitu
aku) dan saya sebagai orang kedua atau ketiga (yaitu daku atau-ku; harap
bandingkan dengan pandangan orang Inggris antara I dan me).
Pendidikan
dalam ruang lingkup makro, kita mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam
skala besar. Pada skala makro pendidikan berlangsung dalam ruang lingkup yang
besar seperti dalam masyarakat antar desa, antar sekolah, antar kecamatan,
antar kota, masyarakat antar suku dan masyarakat antar bangsa. Dalam skala
makro masyarakat melaksanakan pendidikan bagi regenerasi sosial yaitu
pelimpahan harta budaya dan pelestarian nilai-nilai luhur dari suatu generasi
kepada generasi muda dalam kehidupan masyarakat. Pengolahan proses dalam ruang lingkup makro berupa
kebijakan-kebijakan pemerintah yang lazimnya dituangkan dalam bentuk UU
pendidikan, Peraturan Pemerintah, SK Menteri, SK Dirjen serta dokumen-dokumen
pemerintah tentang pendidikan tingkat nasional yang lain.
Diharapkan dengan adanya pendidikan
dalam arti luas dan skala makro maka perubahan sosial dan kestabilan masyarakat
berangsung dengan baik dan bersama-sama. Pada skala makro ini pendidikan
sebagai gejala sosial sering terwujud dalam bentuk komunikasi terutama
komunikasi dua arah. Dilihat dari sisi makro, pendidikan meliputi kesamaan arah
dalam pikiran dan perasaan yang berakhir dengan tercapainya kemandirian oleh
peserta didik. Maka pendidikan dalam skala makro cenderung dinilai bersifat
konservatif dan tradisional karena sering terbatas pada penyampaian bahan ajar
kepada peserta didik dan bisa kehilangan ciri interaksi yang afektif.