Thursday, October 25, 2018

makalah pedagogik



Hasil gambar untuk gambar pedagogik



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Pedagogik
Pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak. Jadi pedagogik mencoba menjelaskan tentang seluk-seluk pendidikan anak, pedagogik merupakan teori pendidikan anak. Pedagogik sebagai ilmu sangat dibutuhkan oleh guru khususnya guru Taman Kanak-Kanak dan Guru Sekolah Dasar karena mereka akan berhadapan dengan anak yang belum dewasa.
1.    Pendidikan dalam Arti Khusus
Pedagogik merupakan suatu kajian tentang pendidikan anak, berasal dari kata Yunani “paedos” yang berarti anak laki-laki dan “agogos” srtinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada zaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah.
Menurut Prof. Dr. J.  Hoogveld (Belanda) pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak “mampu secara mandiri menyelesakan tugas hidupnya”. Sedangkan menurut Langeveld (1980), membedakan istilah “pedagogik” dengan istilah “pedagogi”. Pedagogik diartikan dengan ilmu mendidik, lebih menitikberatkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktik, menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak. Pedagogik merupakan suatu teori dan kajian yang secara teliti, kritis dan obyektif mengembangkan konsep-konsepnya mengenai hakikat manusia, hakikat anak, hakikat tujuan pendidikan serta hakikat proses pendidikan.
Lengeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Ahmadi dan Uhbiyati (1991) mengemukakan beberapa defenisi pendidikan sebagai berikut.
a.    Menurut Prof. Hoogeveld, mendidik adalah membantu anak supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.
b.    Menurut Prof. S. Brojonegor, mendidik berarti memberi tuntutan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani.
c.    Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Jadi pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.
2.    Pendidikan dalam Arti Luas
Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Menurut Henderson, pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Walaupun sosial merupakan bagian dari lingkungan masyarakat, merupakan alat bagi manusia untuk pengembangan manusia yang terbaik dan inteligen untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Dalam GBHN Tahun 1973 dikemukakan pengertian pendidikan bahwa “pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan didalam maupun luar sekolah dan berlangsung seumur hidup”. Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dikatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari pengertian pendidikan dalam arti luas ada beberapa prinsip dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan. Pertama, bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup hidup. Kedua, bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab semua manusia. Ketiga, bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan.
3.    Mendidik, Mengajar dan Melatih
Mendidik menurut Darji Darmodiharjo menunjukkan usaha yang lebih ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, hati nurani, semanagat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketakwaan, dan lain-lainnya.
Mengajar berarti memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berpikirnya. Disebut juga pendidikan intelektual. Intelek anak adalah kemampuan anak berpikir dalam berbagai bidang kehidupan.
Lebih sempit lagi perkataan latihan, seperti latihan menggambar, latihan membaca dan menulis, latihan naik sepeda, latihan menembak dan sebagainya. Latihan ialah usaha untuk memperoleh keterampilan dengan melatihkan sesuatu secara berulang-ulang, sehingga terjadi mekanisasi atau pembiasaan. Tujuan dari ketiga jenis kegiatan itu juga berbeda. Mendidik ingin mencapai kepribadian yang terpadu, terintegrasi, yang sering dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang dewasa. Tujuan pengajaran yang bersifat intelek anak ialah supaya anak kelak sebagai orang dewasa memiliki kemampuan berpikir seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal, yaitu mampu berpikir logis, kritis, objektif, sistematis, analitis, integratif dan inovatif. Tujuan latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan adalah sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis, yang mempermudah kehidupan sehari-hari dan dapat pula membantu proses belajar.
Jika kita perhatikan, kita temukan gejala mendidik dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak (yang belum dewasa). Tetapi tidak setiap pergaulan dengan orang dewasa dan anak mengandung arti mendidik, seperti bila seorang yang sedang berusaha supaya dagangannya laku dibeli oleh anak sekolah. Bahkan pergaulan antara anak dengan orang dewasa kadang-kadang tidak membawa anak ke tingkat yang lebih tinggi, misalnya ada orang dewasa yang menjual gambar-gambar porno kepada anak-anak. Pendidikan hanya ditujukan terhadap anak yang belum dewasa oleh orang yang telah mencapai kedewasaan dengan tujuan yang positif dan konstruktif, supaya anak mencapai kedewasaan. Jika tujuannya negatif dan tidak konstruktif bahkan destruktif hal itu tidak dikatakan pendidikan, tetapi disebut “demagogi”. Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kedewasaan, oleh Hoogveld diartikan "agar dapat melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri". Kedewasaan menurut Langeveld diartikan sebagai "kemampuan menentukan dirinya sendiri secara mandiri atas tanggungjawab sendiri".
Anak hidup dalam berbagai situasi yang mengandung segala kemungkinan; karena itu ia selalu memperoleh pengaruh oleh berbagai faktor, dari rumah, sekolah, masyarakat secara luas dan pengaruh alam sekelilingnya. Majalah, koran, atau buku-buku yang dibaca anak, film yang dilihatnya, kawan-kawan sepermainan, sawah, ladang atau laut yang mengelilinginya, semuanya berpengaruh terhadap perkembangannya. Tetapi segala pengaruh tersebut walaupun bersifat positif dan konstruktif, tidak dapat disebut pendidikan. Bila ada pendapat bahwa segala pengaruh positif disebut pendidikan, pendapat itu dapat disebut "Panpedagogisme". Pendidikan dalam ilmu mendidik, hanya kita batasi pada pengaruh yang dengan sengaja diusahakan oleh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa; dan pengaruh tersebut harus bersifat positif dan konstruktif.



B.  Pentingnya Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat memelihara dirinya sendiri. Pada saat individu atau seorang anak lahir sepenuhnya memerlukan bantuan orang tuanya. Karena itu pendidikan merupakan bimbingan orang dewasa mutlak diperlukan manusia. Akhirnya pada hakikatnya anak merupakan titipan Tuhan Yang Maha Esa kepada orang tuanya untuk memelihara, membesarkannya menjadi manusia dewasa yang penuh tanggung jawab terutama tanggung jawab moral. Orang tua tidak boleh bertindak sewenang-wenang terhadap anaknya.
1.    Manusia Memerlukan Bantuan
Jikakitabandingkananakmanusiadengananakhewan, misalnyaanakayam, kitaperhatikanhal-halsebagaiberikut.Anakmanusia yang barulahirsebagaibayi, sangatmemerlukanbantuandariibunya.Jikaialapar, iamenangis, datanglahibuuntukmenolongnya, dengan memberinya air susuibudengancaramenetek. Bayidapat pula menangisbilapopoknyatelahdigantidengan yang kering, anakakandiamdantidur. Dapatdikatakanbahwaprilaku sang ibutersebutdikatakaansebagiinsting yang memangsudahadadidalamdiri sang ibu.
Apakah itu insting?Insting ialah suatu kemampuan psiko-fisis (jasmanirohani) yang diturunkanatau yang merupakan pembawaan.Kemampuan itu menentukan pemilikny auntukmengamati dan memperhatikan obyek-obyekdarijenistertentu, untukmenghayatisuatuketeranganemosional yang mempunyaikwalitaskhususwaktumengamatiobjek yang demikian, danberprilakuterhadapobyakitudengancara yang khusus, atau paling sedikit, menghayatisuatudoronganuntukberprilaku yang demikian.
Manusiatidakdapatseluruhhidupnyabergantungkepadainstingnyasemata, banyaksegi-segikehidupannya yang perludiperjuangkandandikuasaidenganbelajardanusaha; mengobatipenyakit, membuatjembatan, membuatmesin-mesindanpabrik yang memproduksikeperluanmanusiasehari-hari, alat-alattransportasi, telekomunikasi, mengaturmasyarakat, memerintah, menjalankanperadilan, memperbaikihubunganantaramanuasia, beribadat, berbuatkebaikan ,dsb. Untukmencapaisemuaitumemerlukanusahadanmenyiapakangenerasimudamemilikidanmengembangkanilmunyasertakecakapannyadenganusahapendidikan.Seluruhkemampuandanbenda-benda yang dihasilkandenganketerampilantanganmanusiadapatdisebutkebudayaan.Dari segitinjauaninikebudayaandapatdiartikansebagisuatu yang olehgenerasimudaharusdipelajari.
Pendidikanberfungsiuntukmeningkatkanmutukehidupanmanusia, baiksebagaiindividu, maupunsebagaikelompokdalamkehidupanbermasyarakat.Sejaklahiranaksebagaiindividudiasuhdandididikoleh orang tuanya.Iabelajardariibunyabagaimanamengembangkankemampuannya; keterampilanmakan yang tertib, dapatbuang air kecildanbesarsecarateraturtidaksembrangantempatdanpadasembarangwaktu, mengurusdirinyadenganmandipadawaktu-waktutertentu, bergantipakaianbersih, mengaturalat-alatpermainannyatidakberserakandimana-mana, belajarmembantu orang tuadalammengerjakanberbagaipekerjaanrumahtangga, belajarbagaimanabergauldenganbaikdengansaudara-saudaranya.
Dari uraiandiatasjelas, bahwamasyarakatsebagaikolektifitasmengalamipendidikan.Jikakelompok-kelompokitutidakdididik, masyarakatakanmengalamiperkembangan yang terhamba, tidakdapatmaju, danakantinggalsebagaimasyarakat yang feudal tradisional, kurangmenunjukanproduktivitasdalamkehidupan, yang akhirnyamenujukanpendapatanperkapitauangtidaktinggi, yaitumasih di bawahbataspendapatan yang layakataumasihkurangdalamklasifikasikehidupanmasyarakatmiskin.
2.    Pendidikan Dalam Praktik
Pelaksanaanpendidikanlebihberbentuk  padapergaulanantara pendidik dan anak  didiknya yang pergaulanya tertuju pada suatu pendidikan,yaitu manusia dapat mandiri, memahami nilai-nilai, memahami norma-norma susila dan mampu berprilaku sesuai dengan nilai dan norma tersbut. Pendidikan berfungsi untuk membimbing anak didiknya kearah yang sesuai dengan tujua yang telah di tetapkan yaitu untuk mencapai kedewasan. Karna itu pendidik  mampu mempengaruhi dan dapat dipengaruhi. Proses mempengaruhi yaitu prosese psiko sosial yang berlangsung antara satu individu dengan individu lainya karna manusia merupakan makhluk sosial.
Dalam hubungan individu dengan individu lainya bsaling mempengaruhi dan dipengaruhi. Sehingga kita dapat menemukan gejala suka meniru perbuatan manusia lainya. Misalnya anak mampu membaca dari gurunya karena ia bersedia menjadi seperti gurunya. Terdapat observasi tentang pergaulan antara manusia kita temukan gejala seperasaan misalnya ketika anak sakit ibu juga dapat merasakan keadaan anaknya yang sakit. Ada pula gejala yang kita temukan terhadap seorang anak yang ingin menjadi seperti ayahnya. Proses identifikasi merupakan semacam keinginan meniru tingkah laku orang tuanya dan sering kali hal ini terjadi tanpa sadar.
Anak bersedia membuka diri terhadap orang tuanya sehingga ia ingin meniru pa yang telah orang tuanya lakukan dan berpersaan sama seperti orang tuanya, anak mampu seperti itu karena ketika lahir kondisinya membutuhkan pertolongan dari orang tuanya karena tanpa pertolongan dari orang tuanya  anak bayi tidak mungkin bisa mempertahankan hidupnya.
Pendidikan pada hakikatnya mengandung tiga unsur, yaitu mendidik, mengajar, dan melatih. Ketiga istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Secara sepintas bagi orang awam mungkin akan dianggap sama artinya. Dalam praktik sehari-hari di lapangan, kita sering mendengar kata-kata seperti : pendidikan olahraga, pengajaran olah raga, latihan olah raga; pendidikan kemiliteran, pengajaran kemiliteran, latihan kemiliteran, dan sebagainya.


C.  Ilmu Pendidikan Sebagai Teori
Seorang ibu guru mengajar pelajaran biologi di sekolah dasar dengan metode ceramah dan demonstrasi. Ibu guru tersebut tidak sekedar mengajar dalam kelas, dalam arti setelah belajar dengan langkah cepat bergegas ia meninggalkan kelas, namun ia dengan tekun suka memperhatikan anak didiknya selama diluar kelas. Ia selalu berusaha membantu anak didiknya dalam memecahkan masalah.
Hal diatas merupakan suatu rakter pendidikan yang disaat kita amati dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaannya, apakah yang dilakukan sang ibu, dan ayah, serta ibu guru tersebut dapat dilakukan secara ilmiah, dalam arti tanpa disadari tanpa dilandasi konsep bagaimana sebaiknya mendidik anak dirumah atau mendidik dan mengajar murid disekolah. Upaya pendidikan bukan suatu tindakan yang dapat dilakukan dengan serampangan, namun harus direncanakan. Dalam keluarga perencanaan mendidik anak sebetulnya sudah dilakukan sebelum pernikahan, karena sebagai konsekuensi pranikah akan menghasilkan keturunan (anak).
1.    Pentingnya Teori Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh manusia, memiliki lapangan yang sangat luas. Ruang lingkup lapangan pendidikan mencakup semua pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan.
Antara teori dan praktek pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan memiliki hubungan komplementer (saling melengkapi), saling mengisi satu sama lain. Dalam prakteknya, memang ada orang tidak mengetahui atau mempelajari suatu teori pendidikan. Namun, ia berhasil membimbing anak-anaknya. Sebaliknya juga terjadi, seorang ahli teori pendidikan (ahli pedagogik, ahli filsafat pendidikan, ahli psikologi pendidikan,dsb) belum dapat dijamin bahwa ia akan menjadi pendidik yang baik, belum dapat dijamin ia akan berhasil mendidik anaknya sendiri.
Teori pendidikan (dalam hal ini pedagogik), perlu dipelajari secara akademik (secara ilmiah di Perguruan Tinggi), khususnya di Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan (LPTK) yang mempersiapkan lulusan untuk menjadi pendidik baik disekolah maupun diluar sekolah. Sebab kalau tidak dibekali teori pendidikan, jangan sampai terjerumus seperti yang dikemukakan oleh Gurnning tadi, di mana perbuatan pendidik (guru) tersebut seperti perbuatan orang yang tidak waras suatu perbuatan yang tidak direncanakan, tidak tentu arah dan tujuannya.
Ilmu pendidikan harus dipelajari, karena yang akan dihadapi adalah manusia, menyangkut nasib kehidupan dan hidup manusia, akan menyangkut harkat martabat derajat manusia serta hak asasinya. Perbuatan mendidik bukan perbuatan yang sembrono, melainkan suatu perbuatan yang harus betul-betul disadarinya, dalam rangka membimbing anak kepada suatu tujuan yang dituju.
Ilmu pendidikan sebagi teori perlu kita pelajari karena praktek mendidik tanpa disadari oleh teori tentang pendidikan, akan membawa kita kepada kemungkinan berbuat kesalahan. Ilmu pendidikan termasuk salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sifatnya praktis. Mengapa demikian? Karena ilmu pendidikan mempelajari dasar-dasar, prinsip-prinsip serta tujuan tentang kegiatan mendidik. Kata “praktis” dalam hubungan ini, tidak diartikan sebagai lawan teoritis, seperti dalam ucapan “cara kerja anda kurang praktis”, melainkan ilmu sebagai teori atau konsep tentang perbutan mendidik pada manusia. Kata “praktis” berasal dari kata Yunani “prattein” yang berarti “berbuat”.setiap ilmu pada dasarnya adalah teori yang tidak ditujukan kepadda perbuatan manusia seperti biologi, kimia, fisika, matematika, dsb. Perbuatan mendidik bukanlah perbuatan sembarangan, karena menyangkut kehidupan dan nasib anak manusia untuk kehidupan selanjutnya, yaitu manusia sebagai makhluk yang bermartabat dengan hak-hak azasinya. Itulah, sebabnya melaksanakan pendidikan merupakan tugas moril yang tidak ringan. Ini berarti, bahwa membuat kesalahan dalam mendidik anak, walaupun tidak sengaja, dan walaupun kecil, tidak dapat kita anggap enteng. Itikad baik pendidik dalam menunaikan tugasnya selalu berusaha untuk mengurangi kesalahan-kesalahan atau membatasi kesalahan-kesalahan seminimal mungkin.
Orangtua sering membuat kesalahan dalam melaksanakan pendidikan di lingkungan keluarga. Mereka lebih banyak memberi nasihat yang dogmatis-otoriter secara sepihak, dan tidak memberi kesempatan kepada anak untuk secara terbuka mengemukakan pendapatnya, tidak pernah terjadi diskusi antara orangtua dengan anaknya dalam satu kelaurga. Dalam hal ini ayah dan ibu membuat kesalahan dalam teknik mendidik.
Bentuk kesalahan yang kedua, adalah yang bersumber pada kebribadian pendidik sendiri. Kesalahan ini tidak mudah dibetulkan, karena mengoreksi struktur kepribadian seseorang tidaklah mudah, dan untuk memperbaiki kepribadiannya dan prilakunya pertama-tama memerlukan kesediaan dan kerelaan yang bersangkutanserta memakan waktu yang lama. Seorang ayah dan ibu sebagai pendidik, sebaiknya tidak diperkenankan mempunyai sifat yang agresif, mengalami frustasi penuh kecemasan, egoistis (selalu mementingkan diri sendiri), ataupun bersikap deprosif (murung). Sifat-sifat tersebut sangat erat hubungannya dengan masa lampau mereka waktu kecilnya, yaitu waktu mereka sendiri masih jadi anak menghadapi sikap dan suasana kehidupan keluarga orangtuanya.
Dalam kesalahan mendidik menurut jenis ketiga ialah kesalahan konseptual, yaitu dalam menjalankan proses pendidikan, pendidik kurang menyadari, bahwa kesalahan dapat mempunyai akibat yang mendalam pada anak didik.
2.    Pendidikan Dalam Ruang Lingkup Mikro Dan Makro
Dengan adanya individu dan kelompok yang berbeda-beda diharapkan akan mendorong terjadinya perubahan masyarakat dengan kebudayaannya secara progresif. Pendidikan dalam ruang lingkup mikro artinya mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala kecil. Pada tingkat dan skala mikro pendidikan merupakan gejala sosial yang mengandalkan interaksi manusia sebagai sesama (subyek) yang masing-masing bernilai setara. Pengolahan proses dalam ruang lingkup mikro merupakan aplikasi kebijakan-kebijakan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan sekolah ataupun kelas, sanggar-sanggar belajar dan satuan-satuan pendidikan lainnya dalam masyarakat.
Tidak ada perbedaan hakiki dalam nilai orang perorang karena interaksi antar pribadi (interpersonal) itu merupakan perluasan dari interaksi internal dari seseorang dengan dirinya sebagai orang lain, atau antara saya sebagai orang kesatu (yaitu aku) dan saya sebagai orang kedua atau ketiga (yaitu daku atau-ku; harap bandingkan dengan pandangan orang Inggris antara I dan me).
Pendidikan dalam ruang lingkup makro, kita mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala besar. Pada skala makro pendidikan berlangsung dalam ruang lingkup yang besar seperti dalam masyarakat antar desa, antar sekolah, antar kecamatan, antar kota, masyarakat antar suku dan masyarakat antar bangsa. Dalam skala makro masyarakat melaksanakan pendidikan bagi regenerasi sosial yaitu pelimpahan harta budaya dan pelestarian nilai-nilai luhur dari suatu generasi kepada generasi muda dalam kehidupan masyarakat. Pengolahan proses dalam ruang lingkup makro berupa kebijakan-kebijakan pemerintah yang lazimnya dituangkan dalam bentuk UU pendidikan, Peraturan Pemerintah, SK Menteri, SK Dirjen serta dokumen-dokumen pemerintah tentang pendidikan tingkat nasional yang lain.

Diharapkan dengan adanya pendidikan dalam arti luas dan skala makro maka perubahan sosial dan kestabilan masyarakat berangsung dengan baik dan bersama-sama. Pada skala makro ini pendidikan sebagai gejala sosial sering terwujud dalam bentuk komunikasi terutama komunikasi dua arah. Dilihat dari sisi makro, pendidikan meliputi kesamaan arah dalam pikiran dan perasaan yang berakhir dengan tercapainya kemandirian oleh peserta didik. Maka pendidikan dalam skala makro cenderung dinilai bersifat konservatif dan tradisional karena sering terbatas pada penyampaian bahan ajar kepada peserta didik dan bisa kehilangan ciri interaksi yang afektif.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Powered by Blogger.

Followers

Followers

Blogger templates